Feri Firmansyah
NAMA Rukman bagi pecinta Persib Bandung saat ini sudah teralihkan dengan nama-nama seperti Eka Ramdani, Atep, Airlangga Sutjipto, Cristian Gonzales dan lainnya. Nama tersebut cukup menghipnotis bagi pecinta sepak bola nasional khususnya Bandung untuk memuja mereka saat ini.
Namun pada era 1960-an nama Rukman, bersama Guru Emen, Sunarto, Wowo, dan Fatah Hidayat inilah yang menjadi idola pecinta sepak bola nasional. Rukman memiliki skill mantap, umpan yang akurat, gocekan memesona dan larinya kencang bak motor yang sedang berlari. ”Dulu sebutan saya di Persib si motor, karena larinya memang kencang,” kata Rukman yang ditemui persibholic.com di rumah sederhananya di jalan Sukagalih- Sukajadi, BandungRukman mengisahkan sedikit tentang perjalanannya untuk menjadi pemain sepak bola. Bermula dari sering bermain bersama teman-temannya di kampung halamannya, Garut, saat itu ia mencuri bibit tomat yang sedang panen. Karena kepergok pemiliknya, ia dan tiga teman lainnya dikejar. Namun hanya ia yang dapat meloloskan diri. “Kita teh di-berik (kejar), tapi hanya saya yang lolos,” ujarnyaDari situ ia menyadari bahwa ia memiliki lari yang kencang dan bertekad untuk menjadi pemain sepak bola. Seragam Persigar Garut dimana ia menjadikan batu loncatan, tak lama kemudian Si Motor langsung dilirik oleh PSSI Jabar. Bersama PSSI Jabar prestasinya kian melejit, sehingga pelatih klub-klub elit di Indonesia menyukai pemain sayap kanan tersebut. ”Banyak pelatih menyukai permainan saya karena lari saya yang sangat kencang,” ucap pria kelahiran 3 Februari 1937 ini. Rukman dilahirkan dilingkungan Tatar Sunda. Sehingga ia memiliki kewajiban untuk menjadi bagian dari Persib. Berlabuhlah ia di Persib junior pada 1957, selang satu tahun kemudian ia ditarik Persib senior pada 1958. Prestasi demi prestasi ditorehkan bersama Persib Bandung pada kompetisi antar klub diantaranya menjuarai kompetisi di Semarang pada 1961.Kemampuannya yang kian memikat, tak kala timnas Indonesia membutuhkan jasa Si Motor untuk mendobrak lini pertahanan lawan. Ia mengaku jika negara lain akan menghadapi Indonesia, ia akan menjadi sasaran tembak untuk mematikan serangan. “Memang saya dulu selalu menjadi incaran tim lawan, agar serangan dari sayap kanan tidak hidup. Namun saya sudah antisipasi semua itu, sehingga Indonesia tetap bisa berkibar,” ujarnyaBersama Timnas ia mampu menorehkan prestasi membanggakan diberbagai ajang diantaranya Asian Games 1962 Jakarta, Merdeka Games 1962 di Malaysia, Ganefo 1963 di Jakarta dan KWAA 1964 di Jakarta.Atas prestasi yang yang di dapat, ia mengatakan rasa kebersamaan dan memilikilah yang membuat sukses di setiap tim yang dibelanya. “Jika tidak mempunyai rasa kebersamaan dan memiliki, setiap tim akan sulit untuk mendapatkan gelar, karena dua hal itulah tim akan menjadi solid,” jelasnya.Diusianya yang sudah menginjak kepala tujuh, ia mengingingkan pemain Persib menjalin kebersamaan baik di dalam dan diluar lapang serta rasa memiliki kepada Persib. “Insya Allah jika sudah seperti itu, saya jamin bermain sepak bola adalah hal yang paling mudah,” pungkasnya.(Andrian Salam Wiyono)
Sumber : persibholic.com